• Minggu, 30 Juni 2019

    Cerita Mesum - Kunikmati Sex dengan Pacar Baruku


    Ini adalah sebuah cerita dewasa seks, kisah hot ngentot terbaru dan terpanas di awal tahun 2016 yang bisa anda baca karena diangkat dari sebuah kisah nyata. Selengkapnya, simak paparan ceritanya berikut ini!

    “Mulai sekarang kamu tak usah menemuiku lagi. Kita putus..!”

    Seuntai kalimat meluncur cepat menikam jantungku menghentikan sejenak udara yang mengalir disaluran pernafasanku. Kalimat itu keluar dari bibir seorang gadis cantik yang telah kupacari selama hampir 3 tahun.

    Gadis bertubuh semampai dan seksi, dengan rambut panjang sering dibiarkan tergerai itu, sedang memandang tajam padaku dengan wajah dingin dan sorot mata yang mengandung kebencian. Gadis itu berdiri tepat didepanku sambil mengacungkan telunjuknya ke wajahku.

    “Ada apa denganmu, Emily ?” Aku mencoba tenang dan mengajukan pertanyaan kepadanya.

    Dia masih melototiku. Masih saja memandangku dengan tangan terkepal.

    “Tak ada alasan apapun yang perlu kau dengar, Jay“ Ucapnya dingin.

    “Setidaknya aku mesti tahu, kenapa kau memutuskan aku begitu saja“ Aku masih saja mencoba mengorek alasannya, meskipun aku tahu tak akan ada jawaban yang kelak keluar dari bibirnya. Main Judi Poker Dapat Bonus Deposit

    Emily memalingkan wajahnya. Seakan tak ingin memandangku sama sekali. Bahkan jariku yang mencoba meraih tangannya ditepiskannya dengan kasar.

    “Aku tak ingin berdebat denganmu tentang ini, Jay. Aku sudah bosan dengan hubungan kita. Aku tak bisa melanjutkannya lagi. Itu saja…!“

    Dingin…, sangat dingin tatapan mata itu. Sinarnya memancar menyusup lewat mataku yang sedang balas menatapnya, sorot mata itu seakan menusuk tajam dan mengoyak-ngoyak hatiku yang tak pernah lekang mencintainya.

    “Dan aku minta mulai sekarang kau tak usah menemuiku…”

    Clebbbbbbb

    Sakit rasanya. Terasa lebih sakit dari jatuh pada ketinggian 20 kaki saat menolong Emily yang terjebak tebing tinggi dan tak bisa turun saat kami melakukan pendakian minggu lalu. Terasa lebih sakit saat mengalami patah lengan waktu tabrakan dengan sepeda motor ketika hendak menjemputnya yang terjebak hujan deras di halte menunggu jemputan yang tak kunjung tiba sebulan yang lalu. Terasa lebih sakit ketika saat harus menjadi bulan-bulanan preman yang mencoba mengganggunya dua bulan yang lalu. Terasa lebih sakit dari semuanya….


    “Aku mohon, Emily. Jangan mengambil keputusan sepihak seperti itu. Jangan lupakan apa yang telah kita lalui bersama, Emily…” Ucapku mencoba memohon.

    Saat itu aku sangat berharap Emily akan tersenyum manis kepadaku dan berkata ‘ini hanya candaanku, Jay’. Ya, aku berharap dia mengatakan itu…

    “Kisah tentang kita telah berakhir, Jay“ Emily tersenyum sinis. “Dan itu adalah kenangan terburuk dalam hidupku…”

    Aku tercekat. Mataku nanar memandangnya. Semua harapanku untuk tetap bersamanya dihempaskannya begitu saja. Cerita Mesum Dengan Pacar Baru

    “Selamat tinggal, Jay“ Ucapnya datar dan kemudian berlalu dari hadapanku, lalu masuk ke dalam mobil New Kia Picanto berwarna Merah Muda miliknya dengan satu hempasan kuat pada pintu mobilnya.

    “Tidak! Aku tak bisa menerima keputusanmu Emily. Aku terlalu mencintaimu…” Jeritku tak peduli dia mendengarnya atau tidak.
    Aku masih berdiri terpaku, saat Emily pergi meninggalkanku sendirian di parkiran kampus. Laju mobilnya yang semakin menjauh seakan ikut menyeret separuh hidupku bersamanya. Tak bisa kumengerti keputusan sepihak yang diambilnya.

    Sungguh rasanya aku tak ingin mempercayai semua ini. Emily yang sekarang telah berubah 180 derajat. Dia bukan lagi Emily yang ku kenal. Lenyap segala hal indah dan nyaman pada dirinya. Emily yang ku kenal adalah seorang gadis lembut, manja, dan selalu memberi senyum manis untukku, rela mengurai airmata kala aku bersedih, dia selalu ada untukku dengan hati penuh cinta.

    Emily yang sekarang benar-benar telah berubah. Entah karena apa.

    “Cari non Emily, Den?” Tanya Bi Inah sopan saat aku datang malam itu ke rumah Emily.

    “Iya, Bi. Orangnya ada, Bi?“

    “Bibi tak melihat pasti Den. Tapi tadi bibi dengar suara Non Emily kayak lagi ngobrol sama seseorang didalam kamarnya…”

    Ngobrol dengan seseorang dikamarnya? Dengan siapa Emily dalam kamarnya? Tak biasanya dia mengajak temannya masuk kamarnya. Selama ini tak ada satupun yang boleh masuk ke kamar itu kecuali aku.

    Segera aku melangkah masuk. Bibi pembantu yang sedang berdiri menghalangi jalan masuk aku dorong dengan pelan, membuat bibi menjerit kecil saat tanpa sadar tanganku menyentuh gundukan payudaranya. Aku cuek saja, terus melangkah dan menaiki tangga menuju ke lantai atas tempat kamar Emily berada. Tak ada suara apapun kudengar dari dalam kamar. Kutempelkan telingaku ke pintu kamarnya. Hening.

    “Emily? Buka pintunya. Ini aku, Jay. Kumohon buka pintunya. Kita harus bicara, Emily“ Tak sabar aku langsung mengetuk pintunya dan mengucapkan kalimat permintaan itu padanya.

    Suara langkah kaki terdengar pelan. Lalu gerakan berputar pada hendel pintu, dan seraut wajah cantik yang selalu kurindu muncul dari balik pintu kamar itu.

    “Heh??? Kamu??? mau apa kesini?” Suara tak sedap terdengar dari mulut Emily. Wajahnya masam dengan ekspresi yang tak ingin diganggu.

    “Kita mesti bicara, Emily.”


    “Bicara soal apa..? Apa kamu tak dengar apa yang aku katakan di kampus tadi? Oh, baiklah. Aku akan ulangi. Buka lebar-lebar kuping budekmu itu. Kita Putus. Titik!“ Dan Brakkkk !. Pintu kamar dibantingnya dengan keras. Daftar Judi Poker Bonus Deposit

    Aku berdiri terpaku memandang pintu kamar yang hampir saja jebol karena dibanting Emily. Ada apa denganmu Emily? Mengapa kau berubah drastis tanpa alasan yang jelas?
    Aku masih tetap berdiri memandang pintu kamar itu ketika pintu kamar itu terbuka lagi, Emily muncul dari balik pintu. Hatiku agak sedikit terhibur dan seberkas harapan muncul disana. Siapa tahu Emily berubah pikiran, memohon maaf atas perlakuannya barusan, lalu kami…

    “Sekali lagi kamu menemuiku dan menggangguku…, maka jangan salahkan aku jika berlaku kasar sama kamu! Ingat! Sekali lagi kamu ingat baik-baik, Bodoh! Jangan ganggu aku lagi!” Untuk kedua kalinya pintu kamar itu dibanting, mengeluarkan bunyi benturan keras.

    Aku tercenung. Semua sudah terjawab kini. Hati Emily sudah benar-benar terkunci untukku, seperti pintu kamarnya yang telah dikuncinya rapat-rapat.

    “Baiklah Emily“ Ucapku setengah berteriak agar dia bisa mendengarnya meski pintu kamarnya tertutup rapat. “Aku merasa tak pernah sekalipun menyakitimu. Aku merasa tak berbuat salah padamu, kecuali atas pradugamu padaku yang tak pernah kau jelaskan padaku. Aku akan pergi, dan tak akan menemuimu lagi. Semua kenangan indah yang pernah kita lalui akan kuhapus dan kutinggalkan didepan pintu kamarmu ini“

    Setelah mengucapkan serentetan kalimat itu aku melangkah gontai keluar dari rumah Emily. Rumah yang mungkin tak akan pernah ku injak lagi selamanya.

    Ku starter sepeda motorku. Sejenak pandanganku ku arahkan ke kamar Emily, lampunya masih menyala. Namun harapan terakhirku melihat Emily menjulurkan kepalanya keluar dari jendela dan melambaikan tangannya mengucapkan ‘Selamat Jalan Jay’, ternyata itu hanyalah keinginan semu semata.

    “Selamat tinggal Emily…” Bisikku pelan diiringi luruhan air mataku membasahi pipi.

    Sebuah mobil Honda Jazz warna hitam kulihat diparkir didepan rumah Emily saat malam itu aku melintas lewat di depan rumahnya. Tak tahu itu mobil siapa, yang pasti bukan milik Emily juga bukan milik Papanya.
    Mungkinkah ada seseorang yang datang menemui Emily?. Tak mungkin ini tamu Papa Emily, karena aku tahu pasti dari cerita Emily bahwa Papa dan Mamanya sedang berada diluar negeri untuk waktu sebulan.
    Ataukah ini mobil pacar baru Emily? Emily punya pacar sekarang?, dan pacarnya itu sedang menemuinya sekarang? Beribu pertanyaan dan praduga berkutat dalam otakku.

    Ada perasaan geram dalam hatiku. Inikah penyebab Emily memutuskan aku? Jadi alasannya selama ini sebenarnya bukan seperti apa yang diucapkannya, tetapi alasannya yang sebenarnya adalah karena dia sudah mempunyai seorang pacar yang tajir?
    Brengsek ! inikah bukti ikrar yang diucapkannya kala kami masih bersama, tak akan terpisahkan oleh godaan apapun dan tak akan lekang oleh hujaman sengsara sebesar apapun?

    Dengan mengendap aku melihat ke dalam rumah melalui jendela. Tak kelihatan siapapun. Lampu dalam rumah temaram. Gagal melihat lewat jendela, aku menuju ke pintu rumah. Aneh. Pintunya tak dikunci. Ada perasaan was-was dalam hatiku. Dengan pelan ku buka pintu dan kupertajam pandanganku ke dalam rumah. Tak ada siapapun.
    Segera kuloloskan tubuhku masuk ke dalam lalu menutup kembali pintu. Ku berjalan berjinjit agar tak menimbulkan suara. Sepi. Dimana Emily dan pemilik mobil itu? Jangan-jangan mereka…

    Aku melangkah menuju ke arah tangga lalu naik dengan mengendap-ngendap menuju ke arah kamar Emily. Bersyukur Emily teledor kali ini dengan tidak mengunci pintu rumah.
    Dengan tetap mengendap-ngendap aku mendekati pintu kamar Emily. Dadaku mulai berdegub kencang. Samar-samar kudengar suara erangan nikmat… Eh bukan…! Itu erangan kesakitan…!
    Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi pada Emily? Aku makin berdebar.
    Kali ini Emily teledor lagi. Pintu kamarnya tak ditutup dengan sempurna. Dengan sangat pelan aku mendorong pintu kamar lalu mencoba mengintip dari celah yang sedikit terbuka. Suara itu semakin jelas terdengar, suara erangan kesakitan…!

    Tubuhku terasa limbung, dadaku terasa panas, saat kulihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Emily sedang terlentang bugil dengan tangan terikat menyatu dengan kepala ranjangnya. Seorang pria yang juga bugil sedang melecutkan cambuk kecil ke tubuhnya. Suara jerit tertahan keluar dari mulut Emily saat cambuk itu mengenai kulit mulusnya. Hampir saja aku menerjang masuk dan menghajar pria itu, namun rasa penasaran dalam hatiku mencegah tindakanku. Aku ingin mengetahui lebih jelas apa yang sebenarnya terjadi.

    Satu hal yang membuat aku semakin gemetar menahan rasa marah dan gugup adalah Blazer itu…, Blazer yang tergeletak begitu saja dilantai kamar…! Blazer berwarna cokelat yang kulihat dipakai oleh wanita yang menari bugil ditengah taman semalam, juga tank top itu, rok itu, semuanya adalah yang dikenakan wanita penari bugil semalam.
    Artinya? wanita semalam itu adalah Emily…! Ya Emily! Dan mereka pasti melakukan ini sejak semalam hingga sekarang…! Atau setidaknya Emily tidak mengganti bajunya sejak semalam…, apa iya?


    Nampak pria itu menghentikan pecutan cambuknya ke tubuh Emily yang sudah sangat kesakitan. Ikatan pada tangan Emily dibukanya, lalu dengan kasar dipegangnya kepala Emily, dengan jambakan yang keras pada rambutnya, diseretnya tubuh Emily ke pinggir ranjang hingga pada batas bahu sehingga kepala Emily terjulur ke bawah dengan mulut yang ternganga lebar.

    Aku makin melototkan mata melihat apa yang dilakukan pria itu selanjutnya pada Emily. Penis pria itu mengacung dengan tegangnya. Ukurannya lebih besar dan lebih panjang dari penisku.
    Sambil membuka mulut Emily, digenggamnya batang penis besarnya, lalu diarahkan ke mulut Emily.

    Blesssss…

    Penis itu masuk dengan mulus kedalam mulut Emily. Ditekannya penis itu menyusup lebih dalam hingga ke kerongkongan Emily.
    Tangan Emily menekan perut si pria, berusaha mendorong tubuh itu, namun sia-sia saja, malah semakin dalam penis itu masuk ke dalam kerongkongannya. Emily tersedak, matanya melotot menahan rasa sakit ditenggorokannya.
    Kaki Emily nampak terangkat dan menendang-nendang. Sumpalan penis besar dikerongkongannya membuat jalan nafasnya tersumbat. Pria itu kelihatan menikmati hal itu. Dipompanya penisnya keluar masuk dimulut Emily, lalu ditariknya lepas, mungkin sekedar untuk memberi kesempatan pada Emily mengambil nafas. Air liur kental menetes dari mulut Emily, namun tak berapa lama mulut itu disumpal lagi dengan penis besar milik si pria.

    “Ahhkkk…hrrkkkhh…“ Suara Emily terdengar. Entah dia menikmati permainan itu atau tidak, aku tak tahu.

    Kembali hujaman-hujaman penis pada tenggorokannya diterimanya lagi. Pria itu memaju mundurkan pinggulnya membuat penis panjang besarnya menggesek kerongkongan Emily. Sekali-sekali tangannya menampar pipi Emily. Jeritan-jeritan kecil terdengar keluar dari mulut Emily, namun terus saja pria itu menghujamkan penisnya ke dalam mulut Emily.

    Aku terus saja mengintip dari celah pintu yang terbuka. Entah mengapa saat itu aku seperti menikmati pemandangan yang sedang terjadi di depan mataku. Pacarku…, lebih tepatnya mantan pacarku sedang disetubuhi, bukan lewat vaginanya tapi pada mulutnya.
    Aku bisa membayangkan betapa menderitanya Emily dengan hujaman penis besar itu pada tenggorokannya, dan aku mulai menyukai itu…

    Kembali ku tajamkan pandanganku. Nampak mereka merubah posisi. Mungkin si pria sudah puas menyetubuhi mulut Emily dan ingin mencoba hal lain.

    Emily bangun dengan rambut acak-acakan. Cairan kental nampak meleleh dari mulutnya. Diambilnya tissue di atas meja kecil dekat ranjang lalu dilapnya cairan kental itu. Si Pria lalu mendekati Emily sambil menggenggam batangnya yang masih mengacung keras. Perlahan didorongnya Emily. Seakan faham dengan dorongan pada punggungnya, Emily merubah posisinya menjadi menungging. Kulihat penis besar itu digenggam si pria dan diarahkan ke vagina Emily. Digesek-gesekkannya sebentar, lalu dengan satu dorongan yang kuat ditancapkannya penis itu.

    “Awwwwwhhh….., Robert…, pelan-pelan…, shaakkithhh..” Emily menjerit keras ketika penis itu melesak masuk kedalam vaginanya.

    Aku makin menajamkan pandanganku dari celah pintu. Sebesar apakah penis pria yang bernama Robert itu sehingga Emily menjerit kesakitan seperti itu?
    Kuamati dengan seksama. Robert memompa penisnya dengan irama yang teratur diselingi erangan kesakitan dari mulut Emily. Ketika Robert mencengkeram pundak Emily, otomatis terlihat dengan jelas penisnya yang sedang menancap karena posisi mereka tepat membelakangiku dengan kedua kelamin mereka yang jelas terlihat dari arahku mengintip.

    Owh..! Bukan vagina Emily yang dimasuki penis Robert melainkan anusnya. Pantas saja Emily terlihat kesakitan. Tangannya mencengkeram dengan kuat seprei dan tepi ranjang. Kakinya terangkat menandakan rasa sakit yang dialaminya. Kepalanya terhempas kesana kemari seiring dengan pompaan penis Robert pada anusnya yang semakin lama semakin cepat, hingga pada pompaan selanjutnya Robert menekan penisnya dengan kuat, lalu terdiam disertai kejutan-kejutan kecil pada tubuhnya. Robert mengalami orgasme.

    Aku tersenyum kecut sambil menggeleng-gelengkan kepala. Inikah Emily yang kukenal? Rela disakiti, rela diperlakukan dengan kasar demi memuaskan seorang pria kasar yang mungkin juga adalah pacar barunya ?

    Ohhh…, aku mengerti sekarang. Inikah yang dicari Emily? Inikah yang tak didapatinya dariku? Perlakuan lembut setiap kali bercinta dengannya membuatnya bosan padaku lalu memutuskan hubungan denganku begitu saja?

    Aku menutup pintu itu dengan pelan, lalu bergegas turun dari lantai atas dan keluar dari rumah Emily, meninggalkan segala aktivitas mereka yang menyakitkan hatiku. Entah apalagi yang akan mereka lakukan, aku tak mau peduli lagi.

    Dengan hati yang tak menentu aku menghenyakkan pantatku ke atas sadel sepeda motor.

    “Baiklah, Emily…” Gumamku perlahan penuh rasa benci dan dendam. “Aku akan memberikan itu untukmu…, akan kulakukan itu untukmu nanti…”

    Dan ku hidupkan sepeda motorku pergi meluncur dengan kecepatan full…

    Tunggulah Emily…! Tunggulah….!

    Rasa rindu dan cinta dihatiku untuk Emily perlahan mulai pudar. Tak kusangka Emily ternyata seperti itu. Dia yang selama ini kukenal sebagai wanita anggun dan penuh cinta, kini tak lebih dari seorang wanita liar yang rela disakiti dan dilecehkan oleh seorang pria yang baru dipacarinya kurang dari seminggu.


    Tak sanggup aku menyaksikan pergumulan mereka pada malam itu. Rasa sakit dihati bercampur rasa jijik telah melenyapkan rasa rindu yang selama ini tak mau pergi dari hatiku.
    Kini…, entah mengapa bayangan Emily yang selama ini selalu menari-nari indah di pelupuk mataku perlahan memudar dan berganti dengan bayangan menjijikkan.

    Rasa jijik dan sakit dihatiku kini mulai berubah menjadi rasa dendam. Aku ingin memberikan apa yang diinginkan Emily. Rasa sakit dan derita. Itulah yang diinginkannya, pasti!. Jika tidak, mengapa dia berpindah hati ke seorang pria yang sedikitpun tak memperlakukannya dengan lembut?
    Dan … oh…! Tidak! Aku masih ingat. Wanita yang pernah kulihat menari bugil ditengah taman adalah Emily! Brengsek dan liar!
    Sebegitu besarkah rasa cinta Emily pada pria itu sehingga dia mau mengorbankan harga dirinya? Main Judi Poker Tanpa Bot

    “Tunggu aku, Emily…! Akan kuberi apa yang kau inginkan…!” Gumamku dengan geram.

    Dengan memakai jaket kulit berwarna hitam, dipadu celana jeans hitam dan sepatu warna hitam, aku memacu sepeda motorku menuju rumah Emily. Malam ini aku akan memberikan sesuatu pada Emily. Sesuatu yang dia inginkan.

    Suasana rumah Emily sepi saat aku tiba. Lampu dalam rumah terlihat masih menyala namun sepertinya tak ada aktivitas dalam rumah.
    Aku menekan bell dengan lama. Andai Emily yang muncul membukakan pintu untukku, maka aku akan menyeretnya keluar, lalu akan menggelandangnya sepanjang jalan dalam keadaan bugil, seperti yang pernah kulihat dilakukannya di taman malam itu bersama pacar barunya itu.

    Tak ada gerak apa-apa dari dalam. Kutekan lagi, berulang kali hingga kemudian pintu terbuka. Lagi-lagi pembantu Emily yang membukakan pintu. Ada rasa kecewa dihatiku, tapi biarlah, mungkin akan lebih bagus jika ini dilakukan dalam rumahnya sendiri.

    “Oh, Den Jay. Masuk Den. Non Emily lagi dikamarnya tuh…”

    Bibi tahu rupanya bahwa kedatanganku untuk menemui Emily, dan itu wajar karena tak mungkin dia berpikir bahwa aku akan menemui dia.
    Tapi tidak untuk malam ini Bi, jika kau melakukan hal yang tak kuinginkan.
    Senyum sinis dibibirku tak sempat diperhatikan bibi.

    “Aku boleh langsung ke kamarnya, Bi?” Tanyaku sekedar basa-basi sebenarnya.

    “Silahkan Den. Bibi mau ke dapur dulu“ Ucap bibi berbalik hendak pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di depan pintu.

    “Bi, Sebentar Bi…” Aku mencegah bibi untuk pergi “Non Emily sendirian?”

    Bibi mengangguk. Aman, pikirku.

    Setelah mengunci pintu rumah, akupun langsung menuju kamar Emily. Pintu kamarnya masih tidak dikunci. Aku mendorong sedikit pintu kamar, mengintip kedalam. Tak ada siapa-siapa. Akupun masuk ke dalam. Terdengar bunyi guyuran air dilantai kamar mandi. Emily lagi mandi rupanya.
    Dengan santai aku membuka jaket kulitku dan membuangnya begitu saja ke lantai. Ku lepas sepatuku dan melemparnya begitu saja. Santai. Aku langsung melompat ke atas ranjang hingga menimbulkan suara berderit yang cukup keras.


    Dengan agak sedikit berdebar aku menanti Emily keluar dari kamar mandi. Malam ini aku akan memberikan apa yang kau inginkan, Emily.

    Suara gemericik air berhenti. Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan Emily melangkah santai keluar kamar mandi dengan handuk dililitkan pada kepalanya. Selain handuk itu tak ada kain lain yang menutupi tubuhnya. Bugil.

    Tubuhnya masih seksi seperti dulu, meskipun kulihat ada banyak guratan merah disekujur tubuhnya. Payudaranya masih menggantung kencang didadanya dengan puting pink yang indah. Lalu vagina tanpa bulu terapit diantara pahanya. Indah benar…

    Emily tersentak kaget saat menyadari ada seseorang yang tengah berbaring diatas ranjangnya.

    “Waaaaaw! Eh..Ka..Kau???“ Mata Emily melotot kaget melihatku.

    “Apa kabar Emily sayang?” Ucapku dengan nada dingin. “Kangen padaku?”

    Emily refleks menutupi payudara dan vaginanya dengan kedua telapak tangannya. Wajahnya memerah disinari lampu kamar yang terang.

    “Mau apa kau kesini, cepat keluaaaaar….!” Jerit Emily sambil berjongkok berusaha menutupi area terlarangnya. “Brengsek kau..! Keluaaaaaarrrr…!”

    Aku bangun lalu duduk ditepi ranjang. Dengan wajah sinis aku menatap Emily.

    “Oh… begitu ya. Baiklah, aku akan keluar dari sini bahkan dari rumah ini. Tapi sebelumnya….”

    Emily melotot tajam saat aku mulai membuka pakaianku satu persatu. Tubuhnya yang sedang berjongkok bugil perlahan beringsut sedikit demi sedikit ke arah sudut kamarnya. Emily menggigil menatapku. Andai hati ini belum dipenuhi dendam, mungkin aku akan memeluknya untuk menghilangkan rasa takut yang sedang dialaminya saat ini. Tapi tidak untuk sekarang ini!

    “Ini yang kau inginkan Emily? Ini kan?“ Ucapku dengan suara serak. “Kenapa kau tutupi tubuhmu? kau malu aku melihatnya? Bukankah aku sudah sering melihatnya bahkan menikmatinya? Kau lupa itu, Emily? Hahahahahahahaha…“

    Emily semakin menyudut. Aku mendekatinya lalu mencengkeram bahunya dengan kasar.

    “Kau takut, Emily?” Tanyaku dengan senyum sinis.

    Emily mengangguk pelan dan gugup. Matanya mulai berkaca-kaca.

    Kucengkeram tubuhnya lalu kuangkat berdiri. Tak ada rasa kasihan dihatiku sedikitpun, semua telah berubah menjadi rasa marah dan dendam.

    “Jangan, Jay. Aku mohon jangan lakukan itu…. Aku…Aku….” Suara Emily terbata. Matanya memancarkan sinar permohonan.

    “Fuck You Emily…., You’re …JERK ! Air matamu menjijikkan.. Its …. Disgusting!“ Dengusku geram sambil mendorong tubuh Emily hingga terhempas ke atas kasur.

    “Ku mohon….., Jay…., Kumohon….“

    Aku melangkah mendekati Emily. Tak kupedulikan kata-kata permohonannya. Kuambil handuk yang masih melilit di kepalanya, lalu kugulung dan kugunakan untuk menyumpal mulutnya. Kedua tangannya kuikat ke ranjang menggunakan kaus dan jaketku. Tersisa kedua kakinya yang meronta-ronta menendang kesana kemari membuat vaginanya yang terlihat memar itu kadang terbuka kadang menutup.

    “Kau dengan tulus membiarkan pacar barumu yang kaya itu memperlakukanmu dengan kasar. Mengapa denganku kau malah menolak?” Ucapku dingin. “Oh…, karena dia kaya? Sungguh wanita brengsek kau Emily! Dasar pelacur murahan! mata duitan!”

    Emily melotot tajam padaku, rona kaget tersirat dari wajahnya. Mungkin dia kaget karena aku tahu semuanya.

    “Tenanglah, Emily. Aku tak akan memperkosamu. Tak mungkin aku mengotori penisku dengan vagina busukmu yang telah kotor dengan mani pria lain…”

    Kuambil sebuah botol lotion yang berada pada meja riasnya. Botol itu cukup besar sebesar lenganku. Kubuka penutupnya, lalu menuangkan sedikit ke telapak tanganku. Setelah mengoleskan lotion ke botol, aku mendekati Emily yang masih meronta berusaha melepaskan diri.
    Ku renggangkan kakinya dengan paksa, lalu kutindih dengan kakiku.
    Vagina mulus Emily terpampang. Ku elus sebentar dan kugesek bagian klitnya.

    “Tenang Emily sayang. Sebentar lagi kamu akan merasakan sesuatu yang nikmat. Enjoy this game, honey… Ahahahahahaha…”

    Tanpa menunggu vagina itu basah dan licin, aku langsung mencolokkan botol lotion ke belahan vaginanya. Botol lotion yang sudah ku olesi dengan lotion itu menancap masuk setengah ke dalam vaginanya. Emily tersentak. Tubuhnya melengkung. Punggungnya terangkat ke atas. Matanya mendelik.

    “Nikmat kan sayang?“ Tanyaku sinis tanpa belas kasihan. Cerita Ngentot Dengan Pacar Baru

    Botol lotion yang panjangnya lebih dari sejengkal dengan mulutnya yang tajam itu menancap setengahnya dengan susah payah. Terasa mengganjal dan mentok. Aku tak peduli. Ku tekan lagi botol itu dengan keras.

    “Aaaaaawhwhwhwhwhwh…” Andai mulut Emily tak disumpal dengan handuk, pasti suaranya terdengar melengking keras. Hanya matanya mendelik disertai kepalanya yang terangkat keatas. Air matanya meleleh menahan rasa sakit pada belahan vaginanya.

    “Nikmatilah sayang…. enjoy this…., arggghhhhh” Aku menggeram tanpa rasa kasihan.

    “Uhm…Uhm…Uhmmm…” Suara Emily terdengar kecil. Matanya mendelik. Sebuah isyarat bisa ku tangkap dari gerakan tubuhnya. Emily mungkin ingin aku melepaskan sumpalan pada mulutnya.

    “Kau ingin mengatakan sesuatu, Emily? Hehehehehe.., baiklah“

    Sumpalan di mulut Emily ku lepaskan.

    “Sss…saa..kkkiiitttt…Jay. Aku mohon jangan…. lakukan ini… padaku… Jay…hik…hik…” Emily terisak. Kakinya yang tadi meronta telah berhenti. Rasa sakit itu mungkin telah membuatnya seperti itu.

    “Ini belum berakhir, Emily. Masih ada permainan selanjutnya. Nikmatilah sayang…”

    “Kumohon Jay…”

    “Diam!“ Bentakku keras. Tak peduli hal itu akan memancing kehadiran bibi. “Kau masih ingat berapa kali aku memohon padamu dan berapa kali kau menolaknya, Emily?”

    Emily kembali terisak. Botol lotion itu masih menancap divaginanya.

    “Sakit, Jay. Vaginaku sakit, Jay…” Suara memelas dari mulut Emily tak sedikitpun menggugah hatiku.

    “Kau ingin aku memasukkannya lebih dalam lagi, Emily? Baiklah….”

    “Tidak, Jay… Jangan…! Aaaaaaawwwwwhhhhh…..!“ Jeritan Emily melengking tajam saat botol lotion itu ku tekan dengan keras ke dalam vaginanya. Tubuhnya bergetar, punggungnya kembali terangkat ke atas. Darah segar menyembur membasahi botol lotion dan tanganku. Botol itu kucabut dengan tiba-tiba, membuat tubuh Emily kembali terhentak.
    Ada bercak darah di badan botol itu.

    Kembali kumasukkan dan kutekan dengan sekuat-kuatnya botol lotion ke dalam vagina Emily, kutekan hingga hampir amblas.

    “Awwwwwhhhhhhhhhh….!” Jeritan kencang keluar dari mulut Emily seiring dengan semburan darah segar lagi dari vaginanya.

    Tok…Tok…Tok…

    Suara ketukan pintu membuatku menghentikan aksiku lalu turun dan membukakan pintu. Nampak bibi sedang berdiri depan pintu. Kubiarkan saja bibi masuk menghambur ke dalam kamar, dan lebih cuek lagi aku mendengar suara jeritan bibi yang melihat keadaan Emily.

    “Ya Tuhan…, kenapa ini, Non?” Jerit bibi panik.

    Emily diam saja memandang bibi yang segera memeluknya disertai isakan tangis. Darah segar meleleh keluar dari vagina Emily. Tubuhnya terlentang tak berdaya. Matanya perlahan meredup hingga akhirnya terpejam.

    “Kau apakan Non Emily, hah??!” Bentak bibi sesaat kemudian. Matanya memancarkan amarah.

    “Aku memberikan apa yang dia mau…, Bibi mau juga?” Aku malah mengucapkan kalimat yang bikin bibi tambah marah.

    “Ada apa denganmu hah?!”

    Aku hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan bibi. Kulihat Emily diam saja. Matanya terpejam dengan bibir yang melengkung menahan sakit.

    “Ughhh…” erangan kesakitan terengar lemah dari mulut Emily.

    Bibi yang sedang menatapku dengan penuh amarah segera berbalik dan menghambur ke atas tubuh Emily.

    “Non… Bangun, Non… hik..hik..”

    Tak ada gerakan apapun di tubuh Emily. Diam, kaku, tak bergerak.

    “Noooonnnn…!, bangun non… hik..hik…” Suara Bibi melengking nyaring. Digoyang-goyangkannya tubuh Emily. Kaku dan tak ada respon sama sekali.

    Sejenak aku terpana. Kuperhatikan keadaan Emily saat itu. Bibirnya pucat, matanya terpejam. Tiba-tiba aku dihinggapi rasa panik. Bibi yang sedang memeluk tubuh Emily kusingkirkan dengan satu hentakan kuat. Aku memanggil-manggil nama Emily, tak ada jawaban.

    “Emily…? Emily…? Emilyyyyyyy….!” Jeritku panik.

    Ada apa denganku? Iblis dari mana yang telah merasuk dalam jiwaku sehingga aku tega menyakiti gadis yang selama ini aku cintai? Benar, dia telah menyakitiku…, benar dia telah mengkhianatiku, tapi apa mesti sekejam ini perlakuanku padanya?

    “Kau…Kau… Iblis Kau… Biadaaaaaaab!” Jerit Bibi dengan mata melotot dan tangannya terkepal mengacung ke arahku.

    Aku tak mempedulikan bibi. Aku panik. Aku mesti segera menolong Emly… Ya menolongnya dari akibat perbuatan bodohku sebelum semuanya terlambat.

    Aku masih sendiri, duduk dibangku taman dengan pandangan kosong. 10 Tahun sudah kepergian Emily. Tepatnya tanggal 13 Februari 2005. Dan hari ini, hari kepergian Emily dari sisiku, 13 Februari 2015. Tak ada lagi Emily, dia benar-benar telah pergi membawa derita yang teramat sangat karena kebodohanku.

    Emily telah menjauh dariku ke tempat yang tak terjangkau, meninggalkan pesan tegas tentang rasa cinta yang dimilikinya untukku.
    10 Tahun lalu dia meninggalkan aku, dan masih terbayang jelas saat dia meregang nyawa dalam perjalanan ke Rumah Sakit. Masih terngiang suara erangan kesakitan dari mulutnya…

    Aku baru tahu alasannya kenapa Emily memutuskan hubungan denganku dari cerita Bibi. Menurut bibi, Emily melakukan semuanya karena terpaksa. Ayah Emily terlilit hutang pada Robert, seorang pengusaha muda yang dulu kuanggap pacar baru Emily.
    Ayah Emily mendekam di balik jeruji besi karena tak sanggup membayar hutangnya pada Robert meskipun telah menjual seluruh aset perusahaannya. Hanya ada satu cara yang bisa mengeluarkan Ayah Emily dari dalam penjara. Emily mesti berkorban. Dia harus mau melayani kebutuhan sex Robert yang seorang sadismine. Sayang sekali, sebelum semuanya selesai, aku telah merusak semuanya. Aku telah membuat Emily gagal menolong ayahnya sekaligus membuatnya gagal menjelaskan alasannya memutuskan hubungan denganku.
    Sesungguhnya dengan perlakuanku itu, apa bedanya aku dengan Robert? Bahkan mungkin aku lebih buruk dari Robert!

    Aku telah menerima balasan atas kebodohanku. Aku mendekam dalam sel tahanan selama 5 Tahun. Aku menjalaninya dengan ikhlas, sebagai hukuman atas kebodohanku.
    Selama lima tahun kemudian pula aku menyesalinya. Tak akan pernah habis penyesalan ini dalam hatiku. Dan setiap tanggal 13 Februari aku duduk di bangku taman ini, entah untuk apa dan menunggu siapa, karena aku tahu dan aku sadari bahwa tak mungkin lagi ada Emily yang akan menemuiku disini, di bangku taman yang sering kami jadikan tempat memadu kasih.

    Aku masih terus bermimpi, tentang harapan akan bertemu Emily disini, harapan yang akupun menyadarinya bahwa itu mustahil. Aku akan terus menunggu hingga besok dan berharap ada keajaiban yang bisa mengembalikan Emily ke kehidupanku.

    13 Februari, hari yang terasa berat kulalui.
    Dibangku taman ini, sebuah sandiwara kekerasan kembali berputar dalam kenanganku. Sebuah kenangan pahit. Aku telah membuat Cinta Sejatiku pergi menjauh dariku. Pergi kesuatu tempat yang jauh dan tak tergapai.

    Aku tak pernah menghitung hari, tapi aku tahu hari ini tanggal 13 Februari, karena setiap tanggal ini pasti banyak pasangan muda membicarakan tentang sebuah hari, hari dimana mereka saling mengungkapkan rasa kasih pada keesokan harinya. Hari yang mereka sebut dengan Valentine.

    “Ughhh…hufffhhh..”

    Lara hatiku semakin dalam setiap kali sang surya memasuki peraduannya, digantikan sang Dewi Malam yang memancarkan cahaya terang menjelang purnama, lalu esoknya Sang Raja Siang kembali keluar dengan cahaya terangnya di hari Kasih Sayang, 14 Februari. Hari yang semakin meluruhkan airmataku.
    Entah sampai kapan aku disini…, menanti Emily.

    Semestiinya kau ada disini
    Menemaniku menyambut hari kasih sayang ini…
    Ah…
    Sungguh aku tak mengerti,
    Aku tak faham apa itu Valentine..
    Kata orang itu hari Kasih Sayang…

    Tapi itu bukan untukku kan ?

    Emily….
    Tak ada Valentine untukku..
    Karena setiap hari, setiap saat…
    Valentine itu ada bersamaku…

    Seluruh hariku terasa hampa…
    Aku masih terlalu merindukanmu…
    Aku selalu mengasihimu, meskipun kata orang itu terlambat…
    Tapi biarlah.
    Aku akan terus mengasihimu
    Hingga Tuhan memanggilku
    Untuk mempertemukanku denganmu
    Di sana… Di SurgaNya…

    Post By : SogoPoker

    Kamis, 27 Juni 2019

    Artikel Dewasa - Kerenggut Perawanan Sepupuku


    Sebagai remaja yang sering berkumpul dengan teman-teman yang sering bermain sex layaknya dalam cerita seks, akupun akhirnya menginginkan menikmati permainan sex seperti cerita mereka, namun aku masih malu jika harus melakukan hal itu dengan pacarku yang masih satu kelas juga denganku di sekolah yang sama. Dia juga masih seumuran denganku yakni 18 tahun. Namaku Jennifer dan pacarku Vika kami menjalin hubungan sudah 6 bulan lamanya. Tapi tidak pernah melakukan adegan layaknya cerita seks yang sering menjadi perbincangan teman-temanku, karena Vika memang begitu pendiam di tambah dia memang tidak suka bergaul seperti gadis-gadis lainnya tapi aku begitu menyukainya karena dia begitu cantik dan juga pintar, karena aku memang suka sama cewek yang memiliki otak pintar. Selain dekat dengan pacarku aku juga dekat dengan sepupuku Bella namanya, dia seumuran denganku tapi sekolah kami beda. Bella sering bermain di rumahku bahkan dia sering menginap pula, Bella mempunyai wajah yang begitu cantik bahkan banyak dari temanku yang tertarik padanya dan sering pula mereka mereka titip salam buat Bella sepupuku yang cantik dan seksi itu.

    karena memang sudah aku anggap saudara sendiri maka aku begitu dekat dengan Bella malah dia sering tidur di kamarku. Dan orang tuaku menganggap hal itu biasa saja karena memang dari kecil aku begitu dekat dengan Bella sampai akhirnya aku tidak menyangka kalau akhirnya aku akan melakukan adegan dalam cerita seks dengan Bella yang notabene adalah sepupuku sendiri. Kejadian itu bermula ketika kami sedang bermalas malasan tiduran di kamarku sambil membuka laptop. Sampai akhirnya aku membuka situs cerita seks, kamipun membacanya bersama dan entah siapa yang memulai kami mendekat perlahan sampai akhirnya bibir kami sudah saling mengulum dengan mesranya. Dan tidak perlu waktu lama akhirnya kamipun sudah dalam keadaan telanjang bulat. Dengan lembutnya aku berbisik pada Bella karena aku lihat dia masih gugup sedangkan aku sudah dalam keadaan sange sekali ” Tenang Mer nggak ada siapa-siapa kok. ” Kataku dengan lembutnya kemudian aku mendekatkan bibirku kembali pada bibir Bella layaknya pemain dalam cerita seks aku melumat bibir Bella dan aku mainkan lidahku dalam mulutnya yang begitu merekah.

    Kemudian tanganku mulai menggerayangi tubuhnya yang sudah telanjang bulat, sampai akhirnya aku lumat juga teteknya ” Ooouugghh Jennifer aaagggghhh nik mat. aaaagggghh terus. aaaggggggghhh. uuuugghhhh. ” Desah Bella saat itu dan hal itu membuatku semakin aktif memainkan lidahku dalam teteknya, dengan tanganku yang sebelahnya aku pilin puting Bella. Diapun semakin menggelinjang manja sambil terus mendesah layaknya pemain cerita seks ” Ooouuugghhh ooooouuugghhhh aaaaghhhh.. terus.. Jennifer.. aaagggghhhh. ” Desah Bella semakin menjadi dan akupun memberinya sedikit sentuhan yang membuatnya kelimpungan bahkan dengan jelas dia memintaku untuk segera naik ke atas tubuhnya yang mulai memanas. Namun aku tidak mengindahkan permintaan Bella malah aku semakin menyusuri bagian bawah tubuh Bella. Aku kecup setiap lekuk tubuhnya sampai akhirnya aku temukan memek Bella masih dalam keadaan ranum dengan rambut halus di sekitarnya, aku daratkan bibirku pada memeknya sampai akhirnya dia menggelinjang sambil mendorong kepalaku karena tidak kuat dengan permainan ini.


    Tapi aku pegang dengan kuat pinggangnya dan melumat habis memek Bella, aku lihat dia mendesah berulang kali dan juga menggelinjang bagai cacing kepanasan yang siap untuk di perlakukan apa saja. Kemudian aku menemukan klitorisnya dan aku lumat juga sesekali aku hisap klitoris Bella hingga akhirnya lama-kelamaan aku merasakan kalau memeknya yang awalnya kering. Bonus New Member Jika Deposit

    Akhirnya basah juga mungkin dia sudah merasa horny dengan permainan lidahku dalam memeknya itu. Tatkala aku hisap memeknya diapun menggelinjang ” Ooouughh… Jennifer… aaaaggghhh… nikmat… ya… aaaagghh….. aaagggghhhhh…… ” Dan akupun tidak tahan juga untuk segera menuntaskan permainan ini, dengan kontol yang sudah siap mengacung dari tadi. 

    Akupun merangkak dan menindih tubuh Bella lalu aku acungkan kontolku pada lubang memek Bella namun meleset dari perkiraanku. Karena beberapa kali aku coba namun tidak bisa juga padahal akupun sudah melakukan dengan sekuat tenaga namun yang ada Bella merintih bahkan dia menjerit keras ketika aku paksa kontolku masuk dalam memeknya sampai akhirnya aku merasa capek juga.

    Namun Bella memberika semangat padaku ” Ayo Jennifer coba lagi siapa tahu bisa… ” Aku menatap mata Bella dan berbisik lirih padanya ” Apa kamu belum melakukan ini sebelumnya … ?” Bukannya menjawab Bella malah menangis sambil berkata ” Kamu pikir aku cewek apaan sembarangan melakukan hal ini… ” Kasihan juga mendengarnya mengucapkan kata itu. Akhirnya akupun kembali mencoba memasukkan kontolku dengan perlahan namun aku tuntun kontolku dengan tanganku. 

    Dan setelah beberapa kali akhirnya masuk juga kontolku dengan perlahan aku gerakan pantatku sambil terus menatap wajah cantik Bella, sampai akhirnya aku semakin cepat juga bergoyang malah kini aku yang mengerang karena nikmatnya dalam kontolku. Aku bergoyang layaknya dalam cerita seks dan mengerang ” Aagghh… yaaaaaaccchhhh… yaaaaaacchhh… nik.. mat.. say… aaaaggghh…. aaagggghh… ” Desahku sambil terus menggoyang pantatku dan aku lihat Bella juga sudah melupakan kesedihan dari perkataanku dia mendesah sambil memejamkan matanya menikmati gerakan pantatku di atas tubuhnya. Sampai akhirnya akupun merasakan semakin panas kontolku, dan bergerak dalam memek Bella.  Main Poker Dapat Jackpot

    Tidak lama kemudian aku memuncratkan spermaku dalam memek Bella dan aku rasa dia juga begitu menikmatinya ” Sayang… aaaaggggghhh… aaaaaggggggghh… aaaggghh…. ” Tubuh kami berdua benar-benar terkulai lemas tapi aku peluk dengan mesra tubuh Bella tanpa takut ketahuan orang tuaku.

    Post By : SogoPoker

    Rabu, 26 Juni 2019

    Cerita Sex Dewasa - Aku Jadi Korban Rayuan Adik Suamiku


    Nama saya Ria. Saya sedang bingung sekali saat ini. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Karenanya saya akan mencoba menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang baru saya hadapi baru-baru ini.

    Saya berumur 27 tahun. Saya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu. Saya menikah dengan seorang pria bernama Niko. Niko adalah suami yang baik. Kami hidup berkecukupan. Niko adalah seorang pengusaha yang sedang meniti karir.

    Karena kesibukannya, dia sering pergi keluar kota. Dia kasihan kepada saya yang tinggal sendiri dirumah bersama anak saya yang berusia 2 tahun. Karenanya ia lantas mengajak adiknya yang termuda bernama Dodi yang berusia 23 tahun untuk tinggal bersama kami. Dodi adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah PTS. Kehidupan rumah tangga saya bahagia, hingga peristiwa terakhir yang saya alami.

    Selama kami menikah kehidupan seks kami menurut saya normal saja. Saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan orgasme. Tahulah, saya dari keluarga yang kolot. Memang di SMA saya mendapat pelajaran seks, tetapi itu hanya sebatas teori saja. Saya tidak tahu apa yang dinamakan orgasme.

    Saya memang menikmati seks. Saat kami melakukannya saya merasakan nikmat. Tetapi tidak berlangsung lama. Suami saya mengeluarkan spermanya hanya dalam 5 menit. Kemudian kami berbaring saja. Selama ini saya sangka itulah seks. Bahkan sampai anak kami lahir dan kini usianya sudah mencapai dua tahun. Dia seorang anak laki-laki yang lucu.

    Di rumah kami tidak mempunyai pembantu. Karenanya saya yang membersihkan semua rumah dibantu oleh Dodi. Dodi adalah pria yang rajin. Secara fisik dia lebih ganteng dari suami saya. Suatu ketika saat saya membersihkan kamar Dodi, tidak sengaja saya melihat buku Penthouse miliknya. Saya terkejut mengetahui bahwa Dodi yang saya kira alim ternyata menyenangi membaca majalah ‘begituan’.

    Lebih terkejut lagi ketika saya membaca isinya. Di Penthouse ada bagian bernama Penthouse Letter yang isinya adalah cerita tentang fantasi ataupun pengalaman seks seseorang. Saya seorang tamatan perguruan tinggi juga yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik.

    Saya tidak menyangka bahwa ada yang namanya oral seks. Dimana pria me’makan’ bagian yang paling intim dari seorang wanita. Dan wanita melakukan hal yang sama pada mereka. Sejak saat itu, saya sering secara diam-diam masuk ke kamar Dodi untuk mencuri-curi baca cerita yang ada pada majalah tersebut.


    Suatu ketika saat saya sibuk membaca majalah itu, tidak saya sadari Dodi datang ke kamar. Ia kemudian menyapa saya. Saya malu setengah mati. Saya salting dibuatnya. Tapi Dodi tampak tenang saja. Ketika saya keluar dari kamar ia mengikuti saya.

    Saya duduk di sofa di ruang TV. Ia mengambil minum dua gelas, kemudian duduk disamping saya. Ia memberikan satu gelas kepada saya. Saya heran, saya tidak menyadari bahwa saya sangat haus saat itu. Kemudian ia mengajak saya berbicara tentang seks. Saya malu-malu meladeninya. Tapi ia sangat pengertian. Dengan sabar ia menjelaskan bila ada yang masih belum saya ketahui.

    Tanpa disadari ia telah membuat saya merasa aneh. Excited saya rasa. Kini tangannya menjalari seluruh tubuh saya. Saya berusaha menolak. Saya berkata bahwa saya adalah istri yang setia. Ia kemudian memberikan argumentasi bahwa seseorang baru dianggap tidak setia bila melakukan coitus. Yaitu dimana sang pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan penis pada liang kewanitaan.

    Ia kemudian mencium bagian kemaluan saya. Saya mendorong kepalanya. Tangannya lalu menyingkap daster saya, sementara tangan yang lain menarik lepas celana dalam saya. Ia lalu melakukan oral seks pada saya. Saya masih mencoba untuk mendorong kepalanya dengan tangan saya. Tetapi kedua tangannya memegang kedua belah tangan saya. Saya hanya bisa diam. Saya ingin meronta, tapi saya merasakan hal yang sangat lain.

    Tidak lama saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya alami seumur hidup saya. Saya mengerang pelan. Kemudian dengan lembut menyuruhnya untuk berhenti. Ia masih belum mau melepaskan saya. Tetapi kemudian anak saya menangis, saya meronta dan memaksa ingin melihat keadaan anak saya. Barulah ia melepaskan pegangannya. Saya berlari menemui anak saya dengan beragam perasaan bercampur menjadi satu.

    Ketika saya kembali dia hanya tersenyum. Saya tidak tahu harus bagaimana. Ingin saya menamparnya kalau mengingat bahwa sebenarnya ia memaksa saya pada awalnya. Tetapi niat itu saya urungkan. Toh ia tidak memperkosa saya. Saya lalu duduk di sofa kali ini berusaha menjaga jarak. Lama saya berdiam diri.

    Ia yang kemudian memulai pembicaraan. Katanya bahwa saya adalah seorang wanita baru. Ya, saya memang merasakan bahwa saya seakan-akan wanita baru saat itu. Perasaan saya bahagia bila tidak mengingat suami saya. Ia katakan bahwa perasaan yang saya alami adalah orgasme. Saya baru menyadari betapa saya telah sangat kehilangan momen terindah disetiap kesempatan bersama suami saya.

    Hari kemudian berlalu seperti biasa. Hingga suatu saat suami saya pergi keluar kota lagi dan anak saya sedang tidur. Saya akui saya mulai merasa bersalah karena sekarang saya sangat ingin peristiwa itu terulang kembali. Toh, ia tidak berbuat hal yang lain.

    Saya duduk di sofa dan menunggu dia keluar kamar. Tapi tampaknya dia sibuk belajar di kamar. Mungkin dia akan menghadapi mid-test atau semacamnya. Saya lalu mencari akal supaya dapat berbicara dengannya. Saya kemudian memutuskan untuk mengantarkan minuman kedalam kamar.

    Disana ia duduk di tempat tidur membaca buku kuliahnya. Saya katakan supaya dia jangan lupa istirahat sambil meletakkan minuman diatas meja belajarnya. Ketika saya permisi hendak keluar, ia berkata bahwa ia sudah selesai belajar dan memang hendak istirahat sejenak. Ia lalu mengajak saya ngobrol. Saya duduk ditempat tidur lalu mulai berbicara dengannya.

    Tidak saya sadari mungkin karena saya lelah seharian, saya sambil berbicara lantas merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Ia meneruskan bicaranya. Terkadang tangannya memegang tangan saya sambil bicara. Saat itu pikiran saya mulai melayang teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

    Melihat saya terdiam dia mulai menciumi tangan saya. Saat saya sadar, tangannya telah berada pada kedua belah paha saya, sementara kepalanya tenggelam diantara selangkangan saya. Oh, betapa nikmatnya. Kali ini saya tidak melawan sama sekali. Saya menutup mata dan menikmati momen tersebut.

    Nafas saya semakin memburu saat saya merasakan bahwa saya mendekati klimaks. Tiba-tiba saya merasakan kepalanya terangkat. Saya membuka mata bingung atas maksud tujuannya berhenti. Mata saya terbelalak saat memandang ia sudah tidak mengenakan bajunya. Mungkin ia melepasnya diam-diam saat saya menutup mata tadi.

    Tidak tahu apa yang harus dilakukan saya hanya menganga saja seperti orang bodoh. Saya lihat ia sudah tegang. Oh, betapa saya ingin semua berakhir nikmat seperti minggu lalu. Tangan kirinya kembali bermain diselangkangan saya sementara tubuhnya perlahan-lahan turun menutupi tubuh saya.

    Perasaan nikmat kembali bangkit. Tangan kanannya lalu melolosi daster saya. Saya telanjang bulat kini kecuali bra saya. Tangan kirinya meremasi buah dada saya. Saya mengerang sakit. Tangan saya mendorong tangannya, saya katakan apa sih maunya. Dia hanya tersenyum.

    Saya mendorongnya pelan dan berusaha untuk bangun. Mungkin karena intuisinya mengatakan bahwa saya tidak akan melawan lagi, ia meminggirkan badannya. Dengan cepat saya membuka kutang saya, lalu rebah kembali. Ia tersenyum setengah tertawa. Dengan sigap ia sudah berada diatas tubuh saya kembali dan mulai mengisapi puting susu saya sementara tangan kanannya kembali memberi kehidupan diantara selangkangan saya dan tangan kirinya mengusapi seluruh badan saya.

    Selama kehidupan perkawinan saya dengan Niko, ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini saat kami melakukan hubungan seks. Seakan-akan seks itu adalah buka, mulai, keluar, selesai. Saya merasakan diri saya bagaikan mutiara dihadapan Dodi.

    Kemudian Dodi mulai mencium bibir saya. Saya balas dengan penuh gairah. Sekujur tubuh saya terasa panas sekarang. Kemudian saya rasakan alatnya mulai mencari-cari jalan masuk. Dengan tangan kanan saya, saya bantu ia menemukannya. Ketika semua sudah pada tempatnya, ia mulai mengayuh perahu cinta kami dengan bersemangat.

    Kedua tangannya tidak henti-hentinya mengusapi tubuh dan dada saya. Saya hanya bisa memejamkan mata saya. Aduh, nikmatnya bukan kepalang. Tangannya lalu mengalungkan kedua tangan saya pada lehernya. Saya membuka mata saya. Ia menatap mata saya dengan sejuta arti. Kali ini saya tersenyum. Ia balas tersenyum. Mungkin karena gemas melihat saya, bibirnya lantas kembali memagut. Cerita Mesum Adik Suami
     
    Oh, saya merasakan waktunya telah tiba. Kedua tangan saya menarik tubuhnya agar lebih merapat. Dia tampaknya mengerti kondisi saya saat itu. Ini dibuktikannya dengan mempercepat laju permainan. Ahh, saya mengerang pelan. Kemudian saya mendengar nafasnya menjadi berat dan disertai erangan saya merasakan kemaluan saya dipenuhi cairan hangat.

    Sejak saat itu, saya dan dia selalu menunggu kesempatan dimana suami saya pergi keluar kota untuk dapat mengulangi perbuatan terkutuk itu. Betapa nafsu telah mengalahkan segalanya. Setiap kali akan bercinta, saya selalu memaksanya untuk melakukan oral seks kepada saya. Tanpa itu, saya tidak dapat hidup lagi. Saya benar-benar memerlukannya.

    Dia juga sangat pengertian. Walaupun dia sedang malas melakukan hubungan seks, dia tetap bersedia melakukan oral seks kepada saya. Saya benar-benar merasa sangat dihargai olehnya.

    Ceritanya dulu suami saya Niko punya komputer. Kemudian oleh Dodi disarankan agar berlangganan internet. Menurutnya juga dapat dipakai untuk berbisnis. Suami saya setuju saja. Pernah Dodi melihat saya memandangi Niko saat dia menggunakan internet, kemudian dia tanya kepada saya, apa saya kepingin tahu.

    Niko yang mendengar lalu menyuruh Dodi untuk mengajari saya menggunakan komputer dan internet. Pertama-tama saya suka karena banyak yang menarik. Hanya tinggal tekan tombol saja. Bagus sekali. Tetapi saya mulai bosan karena saya kurang mengerti mau ngapain lagi.

    Saat itulah Dodi lalu menunjukkan ada yang namanya Newsgroup di internet. Saat pertama kali baca saya terkejut sekali. Banyak berita dan pendapat yang menarik. Tetapi waktu saya tidak terlalu banyak. Saya harus mengurus anak saya. Dia baru dua tahun. Saya sayang sekali kepadanya. Kalau sudah tersenyum dapat menghibur saya walaupun dalam keadaan sedih.

    Saya tidak mengerti program ini. Hanya Dodi ajarkan kalau mau menulis tekan tombol ini. Terus begini, terus begini, dan seterusnya. Tetapi saya tidak cerita-cerita sama dia kalau kemarin saya sudah kirim berita ke Newsgroup. Takut dia marah sama saya. Saya hanya bingung mau cerita sama siapa. Masalahnya saya benar-benar sudah terjerumus. Saya tidak tahu bagaimana harus menghentikannya.

    Kini saya bagaikan memiliki dua suami. Saya diperlakukan dengan baik oleh keduanya. Saya tahu suami saya sangat mencintai saya. Saya juga sangat mencintai suami saya. Tetapi saya tidak bisa melupakan kenikmatan yang telah diperkenalkan oleh Dodi kepada saya.

    Suami saya tidak pernah curiga sebab Dodi tidak berubah saat suami saya ada di rumah. Tetapi bila Niko sudah pergi keluar kota, dia memperlakukan saya sebagaimana istrinya. Dia bahkan pernah memaksa untuk melakukannya di kamar kami. Saya menolak dengan keras. Biar bagaimana saya akan merasa sangat bersalah bila melakukannya ditempat tidur dimana saya dan Niko menjalin hubungan yang berdasarkan cinta.

    Saya katakan dengan tegas kepada Dodi bahwa dia harus menuruti saya. Dia hanya mengangguk saja. Saya merasa aman sebab dia tunduk kepada seluruh perintah saya. Saya tidak pernah menyadari bahwa saya salah. Benar-benar salah.

    Suatu kali saya disuruh untuk melakukan oral seks kepadanya. Saya benar benar terkejut. Saya tidak dapat membayangkan apa yang harus saya lakukan atas ‘alat’nya. Saya menolak, tetapi dia terus memaksa saya. Karena saya tetap tidak mau menuruti kemauannya, maka akhirnya ia menyerah.

    Kejadian ini berlangsung beberapa kali, dengan akhir dia mengalah. Hingga terjadi pada suatu hari dimana saat saya menolak kembali dia mengancam untuk tidak melakukan oral seks kepada saya. Saya bisa menikmati hubungan seks kami bila dia telah melakukan oral seks kepada saya terlebih dahulu.

    Saya tolak, karena saya pikir dia tidak serius. Saya berpikir bahwa dia masih menginginkan seks sebagaimana saya menginginkannya. Ternyata dia benar-benar melakukan ancamannya. Dia bahkan tidak mau melakukan hubungan seks lagi dengan saya. Saya bingung sekali. Saya membutuhkan cara untuk melepaskan diri dari kerumitan sehari-hari. Bagi saya, seks merupakan alat yang dapat membantu saya menghilangkan beban pikiran.

    Selama beberapa hari saya merasa seperti dikucilkan. Dia tetap berbicara dengan baik kepada saya. Tetapi setiap kali saya berusaha mengajaknya untuk melakukan hubungan seks dia menolak. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya berusaha semampu saya untuk merayunya, tetapi dia tetap menolak.

    Saya bingung, apa saya tidak cukup menarik. Wajah saya menurut saya cukup cantik. Pada masa-masa kuliah, banyak sekali teman pria saya yang berusaha mencuri perhatian saya. Teman wanita saya bilang bibir saya sensual sekali. Saya tidak mengerti bibir sensual itu bagaimana. Yang saya tahu saya tidak ambil pusing untuk hal-hal seperti itu.

    Saya tidak diijinkan terlalu banyak keluar rumah oleh orang tua saya kecuali untuk keperluan les ataupun kursus. Saya orangnya supel dan tidak pilih-pilih dalam berteman. Mungkin hal ini yang (menurut saya pribadi)menyebabkan banyak teman pria yang mendekati saya.

    Sesudah melahirkan, saya tetap melanjutkan aktivitas senam saya. Dari sejak masa kuliah saya senang senam. Saya tahu saya memiliki tubuh yang menarik, tidak kalah dengan yang masih muda dan belum menikah. Kulit saya putih bersih, sebab ibu saya mengajarkan bagaimana cara merawat diri.

    Bila saya berjalan dengan suami saya, selalu saja pria melirik kearah saya. Suami saya pernah mengatakan bahwa dia merasa sangat beruntung memiliki saya. Saya juga merasa sangat beruntung memiliki suami seperti dia. Niko orangnya jujur dan sangat bertanggung jawab. Itu yang sangat saya sukai darinya. Saya tidak hanya melihat dari fisik seseorang, tetapi lebih dari pribadinya. Agen Poker Online Bonus New Member

    Tetapi Dodi sendiri menurut saya sangatlah ganteng. Mungkin itu pula sebabnya, banyak teman wanitanya yang datang kerumah. Katanya untuk belajar. Mereka biasa belajar di teras depan rumah kami. Dodi selain ganteng juga pintar menurut saya. Tidaklah sulit baginya untuk mencari wanita cantik yang mau dengannya.

    Saya merasa saya ditinggalkan. Dodi tidak pernah mengajak saya untuk melakukan hubungan seks lagi. Dia sekarang bila tidak belajar dikamar, lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman wanitanya. Saya kesepian sekali dirumah. Untung masih ada anak saya yang paling kecil yang dapat menghibur.

    Hingga suatu saat saya tidak dapat menahan diri lagi. Malam itu, saat Dodi masuk ke kamarnya setelah menonton film, saya mengikutinya dari belakang. Saya katakan ada yang perlu saya bicarakan. Anak saya sudah tidur saat itu. Dia duduk di tempat tidurnya. Saya bilang saya bersedia melakukannya hanya saya tidak tahu apa yang harus saya perbuat.

    Dengan gesit dia membuka seluruh celananya dan kemudian berbaring. Dia katakan bahwa saya harus menjilati penisnya dari atas hingga bawah. Walaupun masih ragu-ragu, saya lakukan seperti yang disuruh olehnya. Penisnya mendadak ‘hidup’ begitu lidah saya menyentuhnya. Kemudian saya disuruh membasahi seluruh permukaan penisnya dengan menggunakan lidah saya.

    Dengan bantuan tangan saya, saya jilati semua bagian dari penisnya sebagaimana seorang anak kecil menjilati es-krim. Tidak lama kemudian, saya disuruh memasukkan penisnya kedalam mulut saya. Saya melonjak kaget. Saya bilang, dia sendiri tidak memasukkan apa apa kedalam mulutnya saat melakukan oral seks kepada saya, kenapa saya harus dituntut melakukan hal yang lebih.

    Dia berkata bahwa itu disebabkan karena memang bentuk genital dari pria dan wanita berbeda. Jadi bukan masalah apa-apa. Dia bilang bahwa memang oral seks yang dilakukan wanita terhadap pria menuntut wanita memasukkan penis pria kedalam mulutnya. Sebenarnya saya juga sudah pernah baca dari majalah-majalah Penthouse miliknya, saya hanya berusaha menghindar sebab saya merasa hal ini sangatlah tidak higienis.

    Karena khawatir saya tidak memperoleh apa yang saya inginkan, saya menuruti kemauannya. Kemudian saya disuruh melakukan gerakan naik dan turun sebagaimana bila sedang bercinta, hanya bedanya kali ini, penisnya berada di dalam mulut saya, bukan pada liang senggama saya.

    Selama beberapa menit saya melakukan hal itu. Saya perlahan-lahan menyadari, bahwa oral seks tidaklah menjijikkan seperti yang saya bayangkan. Dulu saya membayangkan akan mencium atau merasakan hal-hal yang tidak enak. Sebenarnya hampir tidak terasa apa-apa. Hanya cairan yang keluar dari penisnya terasa sedikit asin. Masalah bau, seperti bau yang umumnya keluar saat pria dan wanita berhubungan seks.

    Tangannya mendorong kepala saya untuk naik turun semakin cepat. Saya dengar nafasnya semakin cepat, dan gerakan tangannya menyebabkan saya bergerak semakin cepat juga. Kemudian menggeram pelan, saya tahu bahwa dia akan klimaks, saya berusaha mengeluarkan alatnya dari mulut saya, tetapi tangannya menekan dengan keras. Saya panik. Tidak lama mulut saya merasakan adanya cairan hangat, karena takut muntah, saya telan saja dengan cepat semuanya, jadi tidak terasa apa-apa.

    Saat dia sudah tenang, dia kemudian melepaskan tangannya dari kepala saya. Saya sebenarnya kesal karena saya merasa dipaksa. Tetapi saya diam saja. Saya takut kalau dia marah, semua usaha saya menjadi sia-sia saja. Saya bangkit dari tempat tidur untuk pergi berkumur. Dia bilang bahwa saya memang berbakat. Berbakat neneknya, kalau dia main paksa lagi saya harus hajar dia.

    Sesudah nafasnya menjadi tenang, dia melakukan apa yang sudah sangat saya tunggu-tunggu. Dia melakukan oral seks kepada saya hampir 45 menit lebih. Aduh nikmat sekali. Saya orgasme berulang-ulang. Kemudian kami mengakhirinya dengan bercinta secara ganas.

    Sejak saat itu, oral seks merupakan hal yang harus saya lakukan kepadanya terlebih dahulu sebelum dia melakukan apa-apa terhadap saya. Saya mulai khawatir apakah menelan sperma tidak memberi efek samping apa-apa kepada saya. Dia bilang tidak, malah menyehatkan. Karena sperma pada dasarnya protein. Saya percaya bahwa tidak ada efek samping, tetapi saya tidak percaya bagian yang ‘menyehatkan’. Hanya saya jadi tidak ambil pusing lagi.

    Tidak lama berselang, sekali waktu dia pulang kerumah dengan membawa kado. Katanya untuk saya. Saya tanya apa isinya. Baju katanya. Saya gembira bercampur heran bahwa perhatiannya menjadi begitu besar kepada saya. Saat saya buka, saya terkejut melihat bahwa ini seperti pakaian dalam yang sering digunakan oleh wanita bila dipotret di majalah Penthouse. Saya tidak tahu apa namanya, tapi saya tidak bisa membayangkan untuk memakainya.


    Dia tertawa melihat saya kebingungan. Saya tanyakan langsung kepadanya sebenarnya apa sih maunya. Dia bilang bahwa saya akan terlihat sangat cantik dengan itu. Saya bilang “No way”. Saya tidak mau dilihat siapapun menggunakan itu. Dia bilang bahwa itu sekarang menjadi ’seragam’ saya setiap saya akan bercinta dengannya.

    Karena saya pikir toh hanya dia yang melihat, saya mengalah. Memang benar, saat saya memakainya, saya terlihat sangat seksi. Saya bahkan juga merasa sangat seksi. Saya menggunakannya di dalam, dimana ada stockingnya, sehingga saya menggunakan pakaian jeans di luar selama saya melakukan aktivitas dirumah seperti biasa. Efeknya sungguh di luar dugaan saya. Saya menjadi, apa itu istilahnya, horny sekali.

    Saya sudah tidak tahan menunggu waktunya tiba. Dirinya juga demikian tampaknya. Malam itu saat saya melucuti pakaian saya satu persatu, dia memandangi seluruh tubuh saya dengan sorot mata yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Kami bercinta bagaikan tidak ada lagi hari esok.

    Sejak saat itu, saya lebih sering lagi dibelikan pakaian dalam yang seksi olehnya. Saya tidak tahu dia mendapatkan uang darimana, yang saya tahu semua pakaian ini bukanlah barang yang murah. Lama-kelamaan saya mulai khawatir untuk menyimpan pakaian ini dilemari kami berdua (saya dan Niko) sebab jumlahnya sudah termasuk banyak. Karenanya, pakaian ini saya taruh di dalam lemari Dodi.

    Dia tidak keberatan selama saya bukan membuangnya. Katanya, dengan pakaian itu kecantikan saya bagai bidadari turun dari langit. Pakaian itu ada yang berwarna hitam, putih maupun merah muda. Tetapi yang paling digemari olehnya adalah yang berwarna hitam. Katanya sangat kontras warnanya dengan warna kulit saya sehingga lebih membangkitkan selera.

    Saya mulai menikmati hal-hal yang diajarkan oleh Dodi kepada saya. Saya merasakan semua bagaikan pelajaran seks yang sangat berharga. Ingin saya menunjukkan apa yang telah saya ketahui kepada suami saya. Sebab pada dasarnya, dialah pria yang saya cintai. Tetapi saya takut bila dia beranggapan lain dan kemudian mencium perbuatan saya dan Dodi.

    Saya tidak ingin rumah tangga kami hancur. Tetapi sebaliknya, saya sudah tidak dapat lagi meninggalkan tingkat pengetahuan seks yang sudah saya capai sekarang ini.

    Suatu ketika, Dodi pulang dengan membawa teman prianya. Temannya ini tidak seganteng dirinya, tetapi sangat macho. Pada mukanya masih tersisa bulu-bulu bekas cukuran sehingga wajahnya sedikit terlihat keras dan urakan. Dodi memperkenalkan temannya kepada saya yang ternyata bernama Bari.

    Kami ngobrol panjang lebar. Bari sangat luas pengetahuannya. Saya diajak bicara tentang politik hingga musik. Menurut penuturannya Bari memiliki band yang sering main dipub. Ini dilakukannya sebagai hobby serta untuk menambah uang saku. Saya mulai menganggap Bari sebagai teman.

    Bari semakin sering datang kerumah. Anehnya, kedatangan Bari selalu bertepatan dengan saat dimana Niko sedang tidak ada dirumah. Suatu ketika saya menemukan mereka duduk diruang tamu sambil meminum minuman yang tampaknya adalah minuman keras. Saya menghampiri mereka hendak menghardik agar menjaga kelakuannya.

    Ketika saya dekati ternyata mereka hanya minum anggur. Mereka lantas menawarkan saya untuk mencicipinya. Sebenarnya saya menolak. Tetapi mereka memaksa karena anggur ini lain dari yang lain. Akhirnya saya coba walaupun sedikit. Benar, saya hanya minum sedikit. Tetapi tidak lama saya mulai merasa mengantuk. Selain rasa kantuk, saya merasa sangat seksi.

    Karena saya mulai tidak kuat untuk membuka mata, Dodi lantas menyarankan agar saya pergi tidur saja. Saya menurut. Dodi lalu menggendong saya ke kamar tidur. Saya heran kenapa saya tidak merasa malu digendong oleh Dodi dihadapan Bari. Padahal Bari sudah tahu bahwa saya sudah bersuami. Saya tampaknya tidak dapat berpikir dengan benar lagi.

    Kata Dodi, kamar saya terlalu jauh, padahal saya berat, jadi dia membawa saya ke kamarnya. Saya menolak, tetapi dia tetap membawa saya ke kamarnya. Saya ingin melawan tetapi badan rasanya lemas semua. Sesampainya dikamar, Dodi mulai melucuti pakaian saya satu persatu. Saya mencoba menahan, karena saya tidak mengerti apa tujuannya. Karena saya tidak dalam kondisi sadar sepenuhnya, perlawanan saya tidak membawa hasil apa apa.

    Kini saya berada diatas tempat tidur dengan keadaan telanjang. Dodi mulai membuka pakaiannya. Saya mulai merasa bergairah. Begitu dirinya telanjang, lidahnya mulai bermain-main didaerah selangkangan saya. Saya memang tidak dapat bertahan lama bila dia melakukan oral seks terhadap saya. Saya keluar hanya dalam beberapa saat. Tetapi lidahnya tidak kunjung berhenti. Tangannya mengusapi payudara saya. Kemudian mulutnya beranjak menikmati payudara saya.

    Kini kami melakukannya dalam ‘missionary position’. Begitulah istilahnya kalau saya tidak salah ingat pernah tertulis dimajalah-majalah itu. Ah, nikmat sekali. Saya hampir keluar kembali. Tetapi ia malah menghentikan permainan. Sebelum saya sempat mengeluarkan sepatah katapun, tubuh saya sudah dibalik olehnya. Tubuh saya diangkat sedemikian rupa sehingga kini saya bertumpu pada keempat kaki dan tangan dalam posisi seakan hendak merangkak.

    Sebenarnya saya ingin tiduran saja, saya merasa tidak kuat untuk menopang seluruh badan saya. Tetapi setiap kali saya hendak merebahkan diri, ia selalu mengangkat tubuh saya. Akhirnya walaupun dengan susah payah, saya berusaha mengikuti kemauannya untuk tetap bangkit. Kemudian dia memasukkan penisnya ke dalam liang kewanitaan saya. Tangannya memegang erat pinggang saya, lalu kemudian mulai menggoyangkan pinggangnya. Mm, permainan dimulai kembali rupanya.

    Kembali kenikmatan membuai diri saya. Tanpa saya sadari, kali ini, setiap kali dia menekan tubuhnya kedepan, saya mendorong tubuh saya kebelakang. Penisnya terasa menghunjam-hunjam kedalam tubuh saya tanpa ampun yang mana semakin menyebabkan saya lupa diri.

    Saya keluar untuk pertama kalinya, dan rasanya tidak terkira. Tetapi saya tidak memiliki maksud sedikitpun untuk menghentikan permainan. Saya masih ingin menggali kenikmatan demi kenikmatan yang dapat diberikan olehnya kepada saya. Dodi juga mengerti akan hal itu. Dia mengatur irama permainan agar bisa berlangsung lama tampaknya.

    Sesekali tubuhnya dibungkukkannya kedepan sehingga tangannya dapat meraih payudara saya dari belakang. Salah satu tangannya melingkar pada perut saya, sementara tangan yang lain meremasi payudara saya. Saat saya menoleh kebelakang, bibirnya sudah siap menunggu. Tanpa basa-basi bibir saya dilumat oleh dirinya.

    Saya hampir mencapai orgasme saya yang kedua saat dia menghentikan permainan. Saya bilang ada apa, tetapi dia langsung menuju ke kamar mandi. Saya merasa sedikit kecewa lalu merebahkan diri saya ditempat tidur. Jari tangan saya saya selipkan dibawah tubuh saya dan melakukan tugasnya dengan baik diantara selangkangan saya. Saya tidak ingin’mesin’ saya keburu dingin karena kelamaan menunggu Dodi.

    Tiba-tiba tubuh saya diangkat kembali. Tangannya dengan kasar menepis tangan saya. Iapun dengan langsung menghunjamkan penisnya kedalam tubuh saya. Ah, kenapa jadi kasar begini. Belum sempat saya menoleh kebelakang, ia sudah menarik rambut saya sehingga tubuh saya terangkat kebelakang sehingga kini saya berdiri pada lutut saya diatas tempat tidur.

    Rambut saya dijambak kebelakang sementara pundaknya menahan punggung saya sehingga kepala saya menengadah keatas. Kepalanya disorongkan kedepan untuk mulai menikmati payudara saya. Dari mulut saya keluar erangan pelan memintanya untuk melepaskan rambut saya. Tampaknya saya tidak dapat melakukan apa-apa walaupun saya memaksa. Malahan saya mulai merasa sangat seksi dengan posisi seperti ini.

    Semua ini dilakukannya tanpa berhenti menghunjamkan dirinya kedalam tubuh saya. Saya merasakan bahwa penisnya lebih besar sekarang. Apakah ia meminum semacam obat saat dikamar mandi? Ah, saya tidak peduli, sebab saya merasakan kenikmatan yang teramat sangat. Cerita Dewasa Jadi Korban Rayuan Adik Suami

    Yang membuat saya terkejut ketika tiba-tiba dua buah tangan memegangi tangan saya dari depan. Apa apaan ini? Saya mulai mencoba meronta dengan sisa tenaga yang ada pada tubuh saya. Kemudian tangan yang menjambak saya melepaskan pegangannya. Kini saya dapat melihat bahwa Dodi berdiri diatas kedua lututnya diatas tempat tidur dihadapan saya.

    Jadi, yang saat ini menikmati saya adalah… Saya menoleh kebelakang. Bari! Bari tanpa membuang kesempatan melumat bibir saya. Saya membuang muka, saya marah sekali, saya merasa dibodohi. Saya melawan dengan sungguh-sungguh kali ini. Saya mencoba bangun dari tempat tidur. Tetapi
    Bari menahan saya. Tangannya mencengkeram pinggang saya dan menahan saya untuk berdiri. Sementara itu Dodi memegangi kedua belah tangan saya. Saya sudah ingin menangis saja.

    Saya merasa diperalat. Ya, saya hanya menjadi alat bagi mereka untuk memuaskan nafsu saja. Sekilas teringat dibenak saya wajah suami dan anak saya. Tetapi kini semua sudah terlambat. Saya sudah semakin terjerumus.

    Dodi bergerak mendekat hingga tubuhnya menekan saya dari depan sementara Bari menekan saya dari belakang. Dia mulai melumat bibir saya. Saya tidak membalas ciumannya. Tetapi ini tidak membuatnya berhenti menikmati bibir saya. Lidahnya memaksa masuk kedalam mulut saya. Tangan saya dilingkarkannya pada pinggangnya, sementara Bari memeluk kami bertiga.

    Saya mulai merasakan sesak napas terhimpit tubuh mereka. Tampaknya ini yang diinginkan mereka, saya bagaikan seekor pelanduk di antara dua gajah. Perlahan-lahan kenikmatan yang tidak terlukiskan menjalar disekujur tubuh saya. Perasaan tidak berdaya saat bermain seks ternyata mengakibatkan saya melambung di luar batas imajinasi saya sebelumnya. Saya keluar dengan deras dan tanpa henti. Orgasme saya datang dengan beruntun.

    Tetapi Dodi tidak puas dengan posisi ini. Tidak lama saya kembali pada ‘dog style position’. Dodi menyorongkan penisnya kebibir saya. Saya tidak mau membuka mulut. Tetapi Bari menarik rambut saya dari belakang dengan keras. Mulut saya terbuka mengaduh. Dodi memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksa saya mengulum penisnya.

    Kemudian mereka mulai menyerang tubuh saya dari dua arah. Dorongan dari arah yang satu akan menyebabkan penis pada tubuh mereka yang berada diarah lainnya semakin menghunjam. Saya hampir tersedak. Dodi yang tampaknya mengerti kesulitan saya mengalah dan hanya diam saja. Bari yang mengatur segala gerakan.

    Tidak lama kemudian mereka keluar. Sesudah itu mereka berganti tempat. Permainan dilanjutkan. Saya sendiri sudah tidak dapat menghitung berapa banyak mengalami orgasme. Ketika mereka berhenti, saya merasa sangat lelah. Walupun dengan terhuyung-huyung, saya bangkit dari tempat tidur, mengenakan pakaian saya seadanya dan pergi ke kamar saya.

    Di kamar saya masuk ke dalam kamar mandi saya. Di sana saya mandi air panas sambil mengangis. Saya tidak tahu saya sudah terjerumus kedalam apa kini. Yang membuat saya benci kepada diri saya, walaupun saya merasa sedih, kesal, marah bercampur menjadi satu, namun setiap saya teringat kejadian itu, saya merasa basah pada selangkangan saya.

    Malam itu, saat saya menyiapkan makan malam, Dodi tidak berbicara sepatah katapun. Bari sudah pulang. Saya juga tidak mau membicarakannya. Kami makan sambil berdiam diri.

    Sejak saat itu, Bari tidak pernah datang lagi. Saya sebenarnya malas bicara kepada Dodi. Saya ingin menunjukkan kepadanya bahwa saya tidak suka dengan caranya menjebak saya. Tetapi bila ada suami saya saya memaksakan diri bertindak biasa. Saya takut suami saya curiga dan bertanya ada apa antara saya dan Dodi.

    Hingga pada suatu kesempatan, Dodi berbicara bahwa dia minta maaf dan sangat menyesali perbuatannya. Dikatakannya bahwa ‘threesome’ adalah salah satu imajinasinya selama ini. Saya mengatakan kenapa dia tidak melakukannya dengan pelacur. Kenapa harus menjebak saya. Dia bilang bahwa dia ingin melakukannya dengan ’someone special’.

    Saya tidak tahu harus ngomong apa. Hampir dua bulan saya melakukan mogok seks. Saya tidak peduli kepadanya. Saya membalas perbuatannya seperti saat saya pertama kali dipaksa untuk melakukan oral seks kepadanya. 

    Selama dua bulan, ada saja yang diperbuatnya untuk menyenangkan saya. Hingga suatu waktu dia membawa makanan untuk makan malam. Saya tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Hanya pada saat saya keluar, diatas meja sudah ada lilin. Saat saya duduk, dia mematikan sebahagian lampu sehingga ruangan menjadi setengah gelap.

    Itu adalah ‘candle light dinner’ saya yang pertama seumur hidup. Suami saya tidak pernah cukup romantis untuk melakukan ini dengan saya. Malam itu dia kembali minta maaf dan benar-benar mengajak saya berbicara dengan sungguh-sungguh. Saya tidak tahu harus bagaimana.

    Saya merasa saya tidak akan pernah memaafkannya atas penipuannya kepada saya. Hanya saja malam itu begitu indah sehingga saya pasrah ketika dia mengangkat saya ke kamar tidurnya.  Situs Judi Poker Bonus New Member

    Post By : Bet2Poker

    Minggu, 23 Juni 2019

    Cerita Dewasa - Memperkosa Adikku Yang Nakal


    Nama saya adalah Tohir, seorang anak smu doyan banget nge-seks dan jilatin memek seorang cewek. Aq punya adik cewek yang namanya Fina angelina. Aku dan adikku adalah anak orang kaya. Jika aku kelas 3 Smu, fina adikku saat ini duduk di kelas 3 smp mau lulus.

    Fina di sekolahny termasuk gadis, cewek yang sangat populer karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Aq sebagai seorang kakaknya selalu membayangkan jika adikku yang manis dan cantik itu aku setubuhi sendiri. Pasti kontolku bakalan nut-nutan.

    Singkat kata, adikku fina memang seorang gadis yang sangat cantik dan merupakan kebanggaan orang tuaku. Selain itu dia juga sangat pandai membawa diri di hadapan orang lain sehingga semua orang menyukainya. Namun di balik semua itu, sang “putri” ini sebetulnya tidaklah perfect. Kepribadiannya yang manis ternyata hanya topeng belaka. Di dunia ini, hanya aku, kakak laki-lakinya, yang tahu akan kepribadiannya yang sesungguhnya. Kedua orang tuaku yang sering keluar kota untuk berbisnis selalu menitipkan rumah dan adikku kepadaku. Tapi mereka tidak tahu kalau aku kesulitan untuk mengendalikan adikku yang bandelnya bukan main. Di hadapanku, dia selalu bersikap membangkang dan seenaknya. Bila aku berkata A, maka dia akan melakukan hal yang sebaliknya. Pokoknya aku sungguh kewalahan untuk menanganinya.

    Suatu hari, semuanya berubah drastic. Hari itu adalah hari Sabtu yang tak akan terlupakan dalam hidupku. Pada akhir minggu itu, seperti biasanya kedua orang tuaku sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis. Mereka akan kembali minggu depannya. Kebetulan, aku dan adikku juga sedang liburan panjang. Sebetulnya kami ingin ikut dengan orang tua kami keluar kota, tapi orang tuaku melarang kami ikut dengan alasan tak ingin kami mengganggu urusan bisnis mereka. Biarpun adikku kelihatan menurut, tapi aku tahu kalau dia sangat kesal di hatinya. Setelah mereka pergi, aku mencoba untuk menghiburnya dengan mengajaknya nonton DVD baru yang kubeli yaitu Harry Potter and the Order of Pheonix. Tapi kebaikanku dibalas dengan air tuba. Bukan saja dia tidak menerima kebaikanku, bahkan dia membanting pintu kamarnya di depan hidungku. Situs Judi Poker Bonus New Member
     
    Inilah penghinaan terakhir yang bisa kuterima. Akupun menonton DVD sendirian di ruang tamu. Tapi pikiranku tidaklah focus ke film, melainkan bagaimana caranya membalas perbuatan adikku. Di rumah memang cuma ada kami berdua. Orang tua kami berpendapat bahwa kami tidak memerlukan pembantu dengan alasan untuk melatih tanggung jawab di keluarga kami. Selintas pikiran ngawur pun melintas di benakku. Aku bermaksud untuk menyelinap ke kamar adikku nanti malam dan memfoto tubuh telanjangnya waktu tidur dan menggunakannya untuk memaksa adikku agar menjadi adik yang penurut.

    Malam itu, jam menunjukan pukul sebelas malam. Aku pun mengedap di depan pintu kamar adikku. Daun telingaku menempel di pintu untuk memastikan apa adikku sudah tertidur. Ternyata tidak ada suara TV ataupun radio di kamarnya. Memang biasanya adikku ini kalau hatinya sedang mengkal, akan segera pergi tidur lebih awal. Akupun menggunakan keahlianku sebagai mahasiswa jurusan teknik untuk membuka kunci pintu kamar adikku. Kebetulan aku memang mempunyai kit untuk itu yang kubeli waktu sedang tour ke luar negeri. Di tanganku aku mempunyai sebuah kamera digital.


    Di kamar adikku, lampu masih terang karena dia memang tidak berani tidur dalam kegelapan. Akupun berjalan perlahan menuju tempat tidurnya. Ternyata malam itu dia tidur pulas terlentang dengan mengenakan daster putih. Tanganku bergerak perlahan dan gemetar menyingkap dasternya ke atas. Dia diam saja tidak bergerak dan napasnya masih halus dan teratur. Ternyata dia memakai celana dalam warna putih dan bergambar bunga mawar. Pahanya begitu mulus dan aku pun bisa melihat ada bulu-bulu halus menyembul keluar di sekitar daerah vaginanya yang tertutup celana dalamnya.

    Kemudian aku menggunakan gunting dan menggunting dasternya sehingga akhirnya bagian payudaranya terlihat. Di luar dugaanku, ternyata dia tidak mengenakan kutang. Payudaranya tidak begitu besar, mungkin ukuran A, tapi lekukannya sungguh indah dan menantang. Jakunku bergerak naik turun dan akupun menelan ludah melihat pemandangan paling indah dalam hidupku. Kemudian dengan gemetar dan hati-hati, aku pun membuka celana dalamnya. Adikku masih tertidur pulas. Cerita Dewasa Perkosa Adikku Yang Nakal

    Pemandangan indah segera terpampang di hadapanku. Sebuah hutan kecil yang tidak begitu lebat terhampar di depan mataku. Sangking terpesonanya, aku hanya bisa berdiri untuk sekian lamanya memandang dengan kamera di tanganku. Aku lupa akan maksud kedatanganku kemari. Sebuah pikiran setanpun melintas, kenapa aku harus puas hanya dengan memotret tubuh adikku. Apakah aku harus mensia-siakan kesempatan satu kali ini dalam hidupku? Apalagi aku masih perjaka ting-ting. Tapi kesadaran lain juga muncul di benakku, dia adalah adik kandungku., For God Sake. Kedua kekuatan kebajikan dan kejahatan berkecamuk di pikiranku.

    Akhirnya, karena pikiranku tidak bisa memutuskan, maka aku membiarkan “adik laki-lakiku” di selangkangku memutuskan. Ternyata beliau sudah tegang siap perang. Manusia boleh berencana, tapi iblislah yang menentukan. Kemudian aku meletakan kamera di meja. Aku pun menggunakan kain daster yang sudah koyak untuk mengikat tangan adikku ke tempat tidur. Sengaja aku membiarkan kakinya bebas agar tidak menghalangi permainan setan yang akan segera kulakukan. Adikku masih juga tidak sadar kalau bahaya besar sudah mengancamnya. Aku pun segera membuka bajuku dan celanaku hingga telanjang bulat.

    Kemudian aku menundukan mukaku ke daerah selangkangan adikku. Ternyata daerah itu sangat harum, kelihatan kalau adikku ini sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Kemudian aku pun mulai menjilati daerah lipatan dan klitoris adikku. Adikku masih tertidur pulas, tapi setelah beberapa lama, napasnya sudah mulai memburu. Semakin lama, vagina adikku semakin basah dan merekah. Aku sudah tak tahan lagi dan mengarahkan moncong meriamku ke lubang kenikmatan terlarang itu. Kedua tanganku memegang pergelangan kaki adikku dan membukanya lebar-lebar. Agen Judi Poker Bonus New Member

    Ujung kepala penisku sudah menempel di bibir vagina adikku. Sejenak, aku ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan membuang jauh keraguanku. Dengan sebuah sentakan aku mendorong pantatku maju ke depan dan penisku menembus masuk vagina yang masih sangat rapat namun basah itu. Sebuah teriakan nyaring bergema di kamar,” Aaaggh, aduh….uuuhh, KAK ADI, APA YANG KAULAKUKAN??” Adikku terbangun dan menjerit melihatku berada di atas tubuhnya dan menindihnya. Muka adikku pucat pasi ketakutan dan menahan rasa sakit yang luar biasa. Matanya mulai berkaca-kaca. Sedangkan pinggulnya bergerak-gerak menahan rasa sakit. Tangannya berguncang mencoba melepaskan diri. Begitu juga kakinya mencoba melepaskan diri dari pegangannku. Namun semua upaya itu tidak berhasil. Aku tidak berani berlama-lama menatap matanya, khawatir kalau aku akan berubah pikiran. Aku mengalihkan pandangan mataku ke arah selangkangan. Ternyata vagina adikku mengeluarkan darah, darah keperawanan.

    Aku tidak menghiraukan semua itu karena sebuah kenikmatan yang belum pernah kurasakan dalam hidupku menyerangku. Penisku yang bercokol di dalam vagina adikku merasakan rasa panas dan kontraksi otot vagina adikku. Rasanya seperti disedot oleh sebuah vakum cleaner. Aku pun segera menggerakan pinggulku dan memompa tubuh adikku. Adikku menangis dan menjerit:” Aduhh..aahh..uuhh..am..pun..ka k…lep..as..kan..pana ss…sakitt!!” “Kak..Adii..mengo..uuhh..yak.. aduh…tubuhku!!! ” Aku tidak tahan dengan rengekan adikku, karena itu aku segera menggunakan celana dalam adikku untuk menyumpal mulutnya sehingga yang terdengar hanya suara Ughh..Ahhh.

    Setelah sekitar lima belas menit, adikku tidak meronta lagi hanya menangis dan mengeluh kesakitan. Darah masih berkucuran di sekitar vaginanya tapi tidak sederas tadi lagi. Aku sendiri memeramkan mata merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku semakin cepat menggerakan pinggulku karena aku merasa akan segera mencapai klimaksnya. Sesekali tanganku menampar pantat adikku agar dia menggoyangkan pinggulnya sambil berkata:’ Who is your Daddy?” Sebuah dilema muncul di pikiranku. Haruskah aku menembak di dalam rahim adikku atau di luar? Aku tahu kalau aku ingin melakukannya di dalam, tapi bagaimana bila adikku hamil? Ahh… biarlah itu urusan nanti, apalagi aku tahu di mana ibuku menyimpan pil KBnya. Tiga menit kemudian..crott..crottt..akupu n menembakan cairan hangat di dalam rahim adikku. Keringat membasahi kedua tubuh kami dan darah keperawanan adikku membasahi selangkangan kami dan sprei tempat tidur.

    Aku membiarkan penisku di dalam vagina adikku selama beberapa menit. Kemudian setelah puas, aku mencabut keluar penisku dan tidur terlentang di samping adikku. Aku kemudian membebaskan tangan adikku dan membuka sumpalan mulutnya. Kedua tanganku bersiap untuk menerima amukan kemarahannya. Namun di luar dugaanku, dia tidak menyerangku. Adikku hanya diam membisu seribu bahasa dan masih menangis. Posisinya masih tidur dan hanya punggungnya yang mengadapku. Aku melihat tangannya menutup dadanya dan tangan lainnya menutup vaginanya. Dia masih menangis tersedu-sedu.

    Setelah semua kepuasanku tersalurkan, baru sekarang aku bingung apa yang harus kulakukan selanjutnya. Semua kejadian ini di luar rencanaku. Aku sekarang sangat ketakutan membayangkan bagaimana kalau orang tuaku tahu. Hidupku bisa berakhir di penjara. Kemudian pandangan mataku berhenti di kamera. Sebuah ide jenius muncul di pikiranku. Aku mengambil kameranya dan segera memfoto tubuh telanjang adikku. Adikku melihat perbuatanku dan bertanya: ”Kak Adi, Apa yang kau lakukan? Hentikan, masih belum cukupkah perbuatan setanmu malam ini? Hentikan…” Tangannya bergerak berusaha merebut kameraku. Namun aku sudah memperkirakan ini dan lebih sigap. Karena tenagaku lebih besar, aku berhasi menjauhkan kameranya dari jangkauannya. Aku mencabut keluar memori card dari kameranya dan berkata: “Kalau kamu tidak mau foto ini tersebar di website sekolahmu, kejadian malam ini harus dirahasiakan dari semua orang. Kamu juga harus menuruti perintah kakakmu ini mulai sekarang.”

    Wajah adikku pucat pasi, dan air mata masih berlinang di pipinya. Kemudian dengan lemah dia mengganggukkan kepalanya. Sebuah perasaan ibaratnya telah memenangi piala dunia, bersemayam di dadaku. Aku tahu, kalau mulai malam itu aku telah menaklukan adikku yang bandel ini. Kemudian aku memerintahkan dia untuk membereskan ruangan kamarnya dan menyingkirkan sprei bernoda darah dan potongan dasternya yang koyak. Selain itu aku segera menyuruhnya meminum pil KB yang kudapat dari lemari obat ibuku. Terakhir aku menyuruhnya mandi membersihkan badan, tentu saja bersamaku. Aku menyuruhnya untuk menggunakan jari-jari lentiknya untuk membersihkan penisku dengan lembut.

    Malam itu, aku telah memenangkan pertempuran. Selama seminggu kepergian orang tuaku, aku selalu meniduri adikku di setiap kesempatan yang ada. Pada hari keempat, adikku sudah terbiasa dan tidak lagi menolakku biarpun dia masih kelihatan sedih dan tertekan setiap kali kita bercinta. Aku juga memerintahkannya untuk membersihkan rumah dan memasakan makanan kesukaanku. Aku juga memberi tugas baru untuk mulut mungil adikku dengan bibirnya yang merah merekah. Setiap malam selama seminggu ketika aku menonton TV, aku menyuruh adikku untuk memberi oral seks. Dan aku selalu menyemprotkan spermaku ke dalam mulutnya dan menyuruhnya untuk menelannya.

    Ketika orang tuaku kembali minggu depannya, aku memerintahkan adikku untuk bersikap sewajarnya menyambut mereka. Ketika ibuku memeluk adikku, aku melihat wajah adikku yang seperti ingin melaporkan peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Aku pun bertindak cepat dan berkata pada ibuku: “Ibu, gimana perjalanan ibu? Tunjukan dong FOTOnya kepada kami berdua.” Ibuku tersenyum mendengar ini dan tidak mencurigai apa pun. Tapi adikku menjadi sedikit pucat dan tahu makna dari perkataanku. Dia pun tidak jadi berkata apa-apa. Situs Judi Poker Bonus New Member

    Sejak itu, setiap kali ada kesempatan, aku selalu meniduri adikku. Tentu saja kami mempraktekan safe sex dengan kondom dan pil. Setelah dia lulus SMA, kami masih melakukannya, bahkan sekarang dia sudah menikmati permainan kami. Terkadang, dia sendiri yang datang memintanya. Ketika dia lulus SMA, aku yang sekarang sudah bekerja di sebuah bank bonafid dipindahkan ke Jakarta. Aku meminta orang tuaku untuk mengijinkan adikku kuliah di Jakarta. Tentu saja aku beralasan bahwa aku akan menjaganya agar adikku tidak terseret dalam pergaulan bebas. Orang tuaku setuju dan adikku juga pasrah. Sekarang kami berdua tinggal di Jakarta dan menikmati kebebasan kami. Hal yang berbeda hanyalah aku bisa melihat bahwa adikku telah berubah menjadi gadis yang lebih binal.

    Post By : SogoPoker